dorami

banner image

Menulislah: Jemput Kemulian Bersama Keelokan Bahasa

"Kalau bukan anak raja dan bukan pula anak ulama, maka menulislah!"

Kata bijak tersebut bermakna dalam sekali, kenapa? Kalau anak raja paling tidak ada di catatan sejarah, namanya akan tertulis di silsilah keluarga kerajaan sebagai putra mahkota, pangeran, atau putri raja. Lain halnya jika ulama, setelah meninggal dunia maka namanya akan tetap hidup sebagai pengganti jiwanya yang telah tiada. Nah lalu bagaimana dengan kita yang bukan siapa-siapa? Setelah meninggal apa yang membuat kita tetap hidup? Tidak ada. Kecuali,  sebagai manusia biasa kita berusaha mengambil kesempatan menjadi manusia bermanfaat yang meninggalkan karya yang mampu menyentuh umat bahkan setelah jasad dikebumikan di liang lahat. Satu diantaranya upaya tersebut adalah menulis.

Kata mutiara itulah yang akhirnya mengukuhkanku untuk  menulis, walau terkadang rasa malas lebih dominan ketika harus memulai dan karya belum ada yang naik cetak. Saat ini tulis menulis baru sebatas curahan hati pribadi dan sedikit mengamati fenomena sosial yang berselewaran di lingkungan sekitar atau ikut berkomentar pada topik hangat yang terjadi di beberapa flatform sosial media.

Terkait dengan pengamatan fenomena sosial dan iseng-iseng menulis sesuai pengamatan dan di unggah di story, ternyata tulisan tersebut menembus hati seorang sahabat untuk berhijrah dari dunia "gelap". Alhamdulillah. 

Ada pula, sebagian tulisan mengubah paradigma dan menjadi sebuah solusi lalu sebagian orang yang ku kenal bahkan tidak terlalu dekat nyaman untuk tukar fikiran atau sekedar mencurahkan isi hati.

Awalnya tidak pernah berfikir bahwa menulis bisa membawa seseorang kembali pada fitri dan menjadi solusi, awalnya menulis hanya berangkat dari beberapa kegelisahan dan kekekhawatiran pada fenomena yang sungguh telah banyak membuat banyak orang tersesat. Entah kenapa ternyata dunia tidak baik baik saja seperti apa yang selama ini Aku fikirkan. Entah kenapa ada sebagian pandangan harus diluruskan tapi tidak dengan cara menyakiti hati orang yang dinasehati. Bisa jadi tulisan itu ditunjukan pada diri sendiri sebagi kontrol diri, karena Aku adalah pribadi yang tidak terlalu nyaman jika harus berbagi kisah pribadi pada orang lain walaupun itu anggota keluarga.

Menulis telah kulakukan sejak dibangku SD. Karena keadaan, Aku harus mandiri sejak masih sangat kecil, sebagian dari tumbuh sifat malu yang luar biasa jika harus membeberkan masalah pribadi dan Tuhan menuntunku ke dunia buku, sibuk dengan pikiran-pikiran, bertengkar dengan dunia sendiri, lalu mencatat apa yang kurasakan di buku catatan harian. Bahkan catatan harian tidak ada yang sangat detail kejadian, karena ditulis dengan samaran perasaan. 

Sebuah harapan agar kelak, tulisan diri mampu menembus banyak kepala, menyentuh banyak hati dan menjadi inspirasi. Aku telah lama meyakini bahwa tak ada yang tak mungkin selama diupayakan, punya tujuan mulia dan dibarengi dengan do'a 😊

#LampauBatasmu

#WAGSumselMenulis

#MenulisBermanfaat



Menulislah: Jemput Kemulian Bersama Keelokan Bahasa Menulislah: Jemput Kemulian Bersama Keelokan Bahasa Reviewed by Ica Dorami on May 31, 2021 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.