Setiap kita diciptakan dengan
ciri khas tersendiri. Tidak ada manusia begitu sama persis bahkan yang terlahir
kembar sekalipun. Demikian halnya dalam
mengekspresikan atau mengungkapkan sesuatu. Untuk pribadi yang terbuka tidak
masalah kalau menceritakan atau mengungkapkan sesuatu baik itu sifatnya umum
maupun pribadi. Namun, berbeda halnya
jika seseorang tersebut cenderung
pribadi yang tertutup maka media yang digunakan adalah dengan menuliskannya.
Begitupun dengan saya pribadi,
menulis awalnya adalah media mengekspresikan diri. Mencurahkan perasaan yang
tak mungkin saya sampaikan kepada sembarang orang lain. Bagiku menulis adalah
cara yang paling aman untuk meyimpan rahasia. Berbagai perasaan bisa
kuungkapkan tanpa harus malu dengan orang lain. Kejadian-kejadian memalukan
bisa tampak tak memalukan jika dituliskan. Hehe..
Namun seiring berjalannya waktu
menulis bukan lagi sekedar curahan perasaan. Menulis sudah lebih ke eksistensi
diri dan media berbagi. Beragamnya aktivitas dan buku-buku yang dibaca selaras
juga dengan bertambahnya pengetahuan yang kita punya. Awalnya mungkin
pengetahuan tersebut hanya untuk dikonsumsi pribadi, tapi kemudian kita akan
sampai pada tahap ada dorongan untuk membaginya ke publik. Sehingga menulis
berubah peran jadi media untuk berbagi sekaligus eksistensi diri. Ada pepatah
mengatakan “bila kau bukan anak raja dan juga bukan anak ulama, menulislah!”.
Dari tulisan yang kita bagi
berharap mempunyai efek besar terhadap kehidupan orang yang membacanya. Ada banyak
orang tergugah menolong orang lain setelah membaca sebuah ilustrasi tulisan, dan juga semangat hidupnya bertambah karena tulisan yang dia baca adalah tuisan
motivasi. menulislah! banyak manfaat yang kita peroleh dari menulis terutama untuk penulis itu sendiri. Yuuk
menulis!
Palembang, 20 Agustus 2019
Menulis : Eksistensi diri dan media berbagi
Reviewed by Ica Dorami
on
August 20, 2019
Rating:
💕❤ menulis mewakili semuanya.. semangat menulis ica..
ReplyDelete