dorami

banner image

Berdo’alah agar diizinkan untuk melihat kebesaran-Nya



Dalam beberapa kesempatan kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang membuat hidup kita menjadi lebih hidup. Menjadikan hidup kita lebih punya makna. Belajar dengan cara yang berbeda. Memahami dari sudut pandang yang tak pernah kita jelajahi sebelumnya. Pada awalnya mungkin kita merutuki pertemuan tersebut tapi kemudian perlahan kita akan menyadari bahwa mereka sudah menyisipkan nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan kita kedepannya.

Seperti halnya pertemuanku dengan seorang guru besar di sebuah Universitas Negeri di Sumatera Selatan yaitu Universitas Sriwijaya. Beliau adalah dosen pembimbing saya untuk karya Tulis Akhir sebagai tiket kelulusanku nantinya yang aku pilih dengan penuh kesadaran. Sebenarnya beberapa temanku tidak menyarankanku untuk memilih beliau sebagai pembimbing. Hal ini didasarkan beberapa cerita dan rumor bahwa mahasiwa yang dibimbing beliau pasti lama lulus. Terbukti? Tepat sekali.

Saya memilih beliau juga bukan tanpa alasan pada awalnya, agak tersanjung sebenarnya untuk mata kuliah yang diampu oleh beliau saya selalu mendapatkan nilai yang sempurna yaitu A. Itulah yang membuatku percaya diri untuk menjadikan beliau sebagi mentor. Tentu saja pada akhinya aku menyesal dengan keputusan tersebut. Selain karena jadwal beliau yang super padat, setiap penelitian yang dibimbing oleh beliau harus punya standar dan sesuai dengan tema yang telah dia tetapkan untuk beberapa tahun kedepan. Tentu saja aku frustasi.

Kesulitan-kesulitan ini bertambah saat aku jarang menemukan beliau karena seringnya beliau keluar negeri yang pada akhirnya aku harus mengorbankan antara bekerja atau fokus dengan tugas akhir tersebut. Yang  akhirnya kuputuskan untuk fokus menyelesaikan tugas akhir tersebut. Setelah keputusan tersebut  pada bimbingan yang kesekian kalinya tiba-tiba beliau memintaku menjadi asistennya untuk penelitian dan pengabdian masyarakat yang begitu banyak. Dan tentu saja aku menerimanya dengan senang hati.


Gambar : Ibu Prof lagi bikin Kimchi di Korea

Saat aku menjadi asistennya baru aku tahu ternyata beliau adalah wanita yang sangat tangguh dan tak pernah mengenal lelah. Bagaimana tidak,  dengan umur yang sudah dikategorikan sepuh, beliau masih semangat untuk mengunjungi desa-desa yang jauh dan minim akses. Ia paling semangat mengumpulkan data dan begitu asyik mewawancarai warga-warga.

Pernah saat perjalanan menuju desa selanjutnya yang akan kami kunjungi beliau seperti bergumam dan mengatakan “sebenarnya kita cari uang banyak-banyak buat apa? Mencari kebahagian? Kita dak bakal pernah bahagia dan merasa cukup walau banyak uang. Toh uang yang kita dapatkan hanya akan habis dibelanjakan untuk hal-hal konsumtif saja. Kalau paham esensinya uang tak akan pernah cukup untuk menyadari dan merasakan kebesaran-Nya. Gaji selama ini tak akan bisa memenuhi kepuasaan kita sebagai manusia. Ibu, sebenarnya sudah  hampir seribu desa dan puluhan negara yang pernah dikunjungi, kalau menggunakan gaji? Itu tak akan pernah cukup, iya kan?  Jadi kita jangan berdo’a diberikan gaji yang banyak, tapi berdo’alah agar diizinkan untuk melihat dan menjelajahi kebesaran-kebesaran-Nya. Hidup harus sesimple itu” ujarnya.

Prof sulastri, tentu saja seorang pendidik yang religius. Tampak awet muda dari umur yang sebenarnya dan lebih semangat dari pada mahasiswa-mahasiwanya. Perhatian dan kharismatik. Semangatnya harus kami contoh, nasehat-nasehatnya harus kami ingat. ahh akhirnya harus kuucapakan Terimakasih, Ibu.





Gambar : Pengabdian Masyarakat di Musi Rawas dan Rawas Ilir


#FLPOKU
#FLPSumselMenulis
#Lampauibatasmu
#WAGFLPSumselmenulis
Berdo’alah agar diizinkan untuk melihat kebesaran-Nya Berdo’alah agar diizinkan untuk melihat kebesaran-Nya Reviewed by Ica Dorami on September 21, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.