Dalam beberapa kesempatan kita
akan dipertemukan dengan orang-orang yang membuat hidup kita menjadi lebih
hidup. Menjadikan hidup kita lebih punya makna. Belajar dengan cara yang
berbeda. Memahami dari sudut pandang yang tak pernah kita jelajahi sebelumnya. Pada
awalnya mungkin kita merutuki pertemuan tersebut tapi kemudian perlahan kita
akan menyadari bahwa mereka sudah menyisipkan nilai-nilai yang berguna bagi
kehidupan kita kedepannya.
Seperti halnya pertemuanku dengan
seorang guru besar di sebuah Universitas Negeri di Sumatera Selatan yaitu
Universitas Sriwijaya. Beliau adalah dosen pembimbing saya untuk karya Tulis
Akhir sebagai tiket kelulusanku nantinya yang aku pilih dengan penuh kesadaran.
Sebenarnya beberapa temanku tidak menyarankanku untuk memilih beliau sebagai
pembimbing. Hal ini didasarkan beberapa cerita dan rumor bahwa mahasiwa yang
dibimbing beliau pasti lama lulus. Terbukti? Tepat sekali.
Saya memilih beliau juga bukan
tanpa alasan pada awalnya, agak tersanjung sebenarnya untuk mata kuliah yang
diampu oleh beliau saya selalu mendapatkan nilai yang sempurna yaitu A. Itulah yang
membuatku percaya diri untuk menjadikan beliau sebagi mentor. Tentu saja pada
akhinya aku menyesal dengan keputusan tersebut. Selain karena jadwal beliau yang super padat, setiap penelitian yang dibimbing oleh beliau harus punya standar dan
sesuai dengan tema yang telah dia tetapkan untuk beberapa tahun kedepan. Tentu saja
aku frustasi.
Kesulitan-kesulitan ini bertambah
saat aku jarang menemukan beliau karena seringnya beliau keluar negeri yang
pada akhirnya aku harus mengorbankan antara bekerja atau fokus dengan tugas
akhir tersebut. Yang akhirnya kuputuskan
untuk fokus menyelesaikan tugas akhir tersebut. Setelah keputusan tersebut pada bimbingan yang kesekian kalinya tiba-tiba
beliau memintaku menjadi asistennya untuk penelitian dan pengabdian masyarakat yang
begitu banyak. Dan tentu saja aku menerimanya dengan senang hati.
Gambar : Ibu Prof lagi bikin Kimchi di Korea
Saat aku menjadi asistennya baru
aku tahu ternyata beliau adalah wanita yang sangat tangguh dan tak pernah
mengenal lelah. Bagaimana tidak, dengan
umur yang sudah dikategorikan sepuh, beliau masih semangat untuk mengunjungi
desa-desa yang jauh dan minim akses. Ia paling semangat mengumpulkan data dan
begitu asyik mewawancarai warga-warga.
Pernah saat perjalanan menuju
desa selanjutnya yang akan kami kunjungi beliau seperti bergumam dan mengatakan “sebenarnya
kita cari uang banyak-banyak buat apa? Mencari kebahagian? Kita dak bakal
pernah bahagia dan merasa cukup walau banyak uang. Toh uang yang kita dapatkan
hanya akan habis dibelanjakan untuk hal-hal konsumtif saja. Kalau paham
esensinya uang tak akan pernah cukup untuk menyadari dan merasakan
kebesaran-Nya. Gaji selama ini tak akan bisa memenuhi kepuasaan kita sebagai
manusia. Ibu, sebenarnya sudah hampir
seribu desa dan puluhan negara yang pernah dikunjungi, kalau menggunakan gaji? Itu
tak akan pernah cukup, iya kan? Jadi kita
jangan berdo’a diberikan gaji yang banyak, tapi berdo’alah agar diizinkan untuk
melihat dan menjelajahi kebesaran-kebesaran-Nya. Hidup harus sesimple itu”
ujarnya.
Prof sulastri, tentu saja seorang
pendidik yang religius. Tampak awet muda dari umur yang sebenarnya dan lebih
semangat dari pada mahasiswa-mahasiwanya. Perhatian dan kharismatik. Semangatnya
harus kami contoh, nasehat-nasehatnya harus kami ingat. ahh akhirnya harus
kuucapakan Terimakasih, Ibu.
Gambar : Pengabdian Masyarakat di Musi Rawas dan Rawas Ilir
#FLPOKU
#FLPSumselMenulis
#Lampauibatasmu#FLPSumselMenulis
#WAGFLPSumselmenulis
Berdo’alah agar diizinkan untuk melihat kebesaran-Nya
Reviewed by Ica Dorami
on
September 21, 2019
Rating:
No comments: