Beberapa kesempatan mengajarkan
kita tentang sesuatu yang awalnya sangat
sulit untuk kita pahami. menjadikan segalanya jelas dan pada akhirnya menghapus
keraguan-keraguan yang menguasai jiwa selama ini. Namun beberapa kesempatan
juga dapat mengisi hati dengan kepongahan dan meneguhkan eksistensi diri yang
mengantarkan diri menjadi manusia yang tak tau diri.
Agar tak bias, maka Tuhan
menciptakan kontrol diri bernama "ketakutan". Dia menyisipkan takut
agar hati mengerti sesungguhnya siapa diri ini. Ketakutan-ketakutan inilah yang
meneguhkan kita sebagai makhluk yang diciptakan bukan yg menciptakan. Ketakutan
menjaga diri agar kita selalu mengingat bahwa kita "kecil alias tak
terlihat" pada kacamata langit.
Sebenarnya apa saja yang menjadi
objek ketakutan itu?
- Fear of failur. Setiap manusia pasti pernah mengalami kegagalan dan semua manusia tidak akan pernah siap jika kegagalan harus datang menghampiri dirinya. Bermacam-macam cara yang ditempuh agar bisa meminimalkan kegagalan salah satu usahanya adalah belajar yang tekun bagi para pelajar, berusaha lebih giat bagi para pekerja dan banyak hal lainnya.
- Fear of rejection. Siapa yang sanggup menerima penolakan? Jawabannya tidak ada. Ego kita tak akan membiarkan penolakan dari orang lain. Segala macam cara dilakukan agar orang lain bisa masuk dan diterima pada lingkungan yang diinginkan. Namun, perlu disadari bahwa terlalu memaksakan “penerimaan” bisa menimbulkan masalah baru kedepannya. Berusahalah menrima diri apa adanya dengan keterbatasan sebagai individu agar saatnya tiba bisa siap dengan segala kemungkinan.
- Fear of unknown. Ketakutan pada yang tidak tahu diseabkan karena pengetahuan kita yang belum penuh terhadap suatu objek.
- Fear of death. Bila ada alat yang bisa menunda atau mengetahui kapan tibanya kematian, mungkin sebagian kita sudah mempersiapkan hal yang terbaik untuk kematian itu sendiri. Tapi karena perkara kematian itu rahasia mutlak sang pencipta, di sinilah rasa takut itu muncul. Hikmahnya mengapa kematian tidak bisa dipastikan kedatangnnya adalah agar kita selalu mengingatkan diri agar tidak berbuat melampaui batas yang telah ditetapkan Tuhan
- Fear of isolation. Siapa yang suka diasingkan? Tidak ada. Kita makhluk sosial butuh interaksi, butuh sosialisasi, butuh aktualiasasi diri. Pengasingan hanya akan mematikan jiwa. Raga hidup tapi jiwa telah mati dan hidupun menjadi percuma.
- Fear of the lost of self. Kehilangan diri sendiri, kehilangan kesadaran merupakan hal yang harusnya sangat dihindari. Tidak kenal diri sendiri merupakan malapetaka karena hal ini bisa mengganggu. Karena beberpa kasus, kehilangan diri bisa mendorong seseorang untu bunuh diri. Hal ini disebabkan stress yang berkepanjangan. Merasa hidup hampa dan tak ada kebahagian itu beberapa gangguan yang terjadi pada jiwa yang kehilangan dirinya.
Selagi kita masih bernafas, ketakutan
harusnya menjadi kontrol bukan sesuatu yang harus kita hilangkan sama sekali. Ketakutan
adalah alarm agar kita ingat bahwa kita adalah makhluk bernyawa yang hanya
dipinjamkan saja oleh Tuhan. Ketakutakan jugalah yang mengatakan dengan jelas
bahwa kita makhluk lemah tak berdaya. Ketakutan pula yang menghancurkan ego
bahwa kita sejatinya selalu butuh pertolongan, butuh bimbingan agar tak pernah
salah jalan dan tak tenggelam pada lautan kehinaan. Sekali lagi, selama ini
"ketakutan" secara indah dan tak tersadari mengatakan bahwa ada
kekuatan yang besar tak tertandingi. Untuk kesempatan ini, bersyukurlah saat "takut" masih
bersandar di hati, jadikan ia teman diri agar tak pernah pergi meninggalkan yang
Maha Tinggi bukan untuk melemahkan hati.
Ketakutan
Reviewed by Ica Dorami
on
December 24, 2019
Rating:
Hmmm Jadi takut itu jadi kendali diri biar tidak jumawa ya ....
ReplyDeleteSelama ini yang saya tau ketakutan itu tidak nyata ....
Makasih author nya cerdas ��